Manusia dan Penderitaan : Bencana Gempa Bumi Yogyakarta

    Salah satu bencana yang terjadi di Indonesia yang sempat menghebohkan masyarakat Indonesia adalah bencana gempa bumi yang terjadi di Kota Yogyakarta pada 27 Mei 2006. Dibawah ini terdapat analisis penyebab terjadinya gempa :

Penyebab dan Kronologi

    Sabtu pagi pukul 05.53 WIB. Tanggal 27 Mei 2006. Di Kota Pelajar—Yogyakarta—terjadi gempa bumi berkekuatan 6,3 SR. Gempa tersebut telah meluluhlantakkan daerah-daerah di wilayah Provinsi DIY dan sebagian Provinsi Jawa Tengah. Gempa tersebut berpusat di koordinat 8° Garis Lintang Selatan dan 110° Garis Bujur Timur atau sekitar 25 km ke arah barat daya dari Kota Yogyakarta. Menewaskan lebih dari 5800 orang, lebih dari 37.000 orang luka-luka, lebih dari 84.000 rumah rata dengan tanah, dan lebih dari 200.000 rumah mengalami rusak ringan, sedang maupun berat. Kerusakan paling parah adalah di Kecamatan Imogiri, Jetis, Pleret dan Piyungan di Bantul dan Kecamatan Wedi, Gantiwarno, dan Bambanglipuro di Klaten.
Penyebab gempa ini adalah adanya pergeseran sesar Opak yang membentang dari pesisir pantai Bantul hingga ke Prambanan sepanjang 40 km dengan arah 30°NE (Northeast—Timur Laut). Gempa tersebut mempunyai daya rusak yg cukup kuat karena beberapa faktor, yaitu antara lain kekuatan gempa, jenis gempa, dan kondisi tanah yg dilewati gempa. Kekuatan gempa di atas 5 SR sehingga termasuk gempa yang berskala kuat. Gempa ini juga tergolong “perusak” karena termasuk jenis gempa dangkal, yaitu hanya berkedalaman 17 km di bawah permukaan tanah. Padahal gempa yang aman yaitu gempa dalam atau berkedalaman lebih dari 30 km di bawah permukaan tanah. Selain itu, kondisi tanah di daerah Yogyakarta dan sekitarnya merupakan endapan vulkanik yang rapuh sehingga gempa di Yogyakarta ini mengakibatkan banyak kerusakan.
Aktivitas Gunung Merapi beberapa bulan menjelang gempa dicurigai menjadi faktor utama penyebab terjadinya gempa ini. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena ternyata bukan aktivitas Gunung Merapi yang menyebabkan gempa terjadi. Akan tetapi, akibat dari dinamika atau pergerakan palung Jawa yang terletak bi antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pergerakan Palung Jawa ini sendiri terjadi akibat adanya pergeseran lempeng India-Australia yang menghujam lempeng Eurasia—lempeng di mana Pulau Jawa berdiri. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa aktivitas Gunung Merapi bukan penyebab terjadinya Gempa Yogyakarta ini.

Bagaimana Menyikapi Bencana dan Penderitaan?

    Jumlah korban meninggal dunia pada bencana gempa bumi tersebut kurang lebih 3.002 orang dan 3.884 bangunan rubuh atau rusak dan Bantul menjadi daerah yang paling parah, dilaporkan 2.091 orang tewas. dari bencana itu kita bisa merasakan ada kematian, ada tangisan, ada rintihan, ada ayah kehilangan anaknya, ada anak kehilangan orang tuanya, ada ibu yg kehilangan orang tuanya dan inti dari semuanya adalah sama, kehilangan orang-orang yang dicintai dan di dan disayangi. 
Gempa bumi memang adalah takdir dari Yang Maha Kuasa, kita sebagai manusia hanya bisa berpasrah dan terima dengan segala kelemahan kita dan sebagai sesama manusia dan melihat saudara kita yang membutuhkan materi, kita bisa membantu mereka dalam segi materi tapi mereka juga membutuhkan sentuhan kemanusiaan yaitu perhatian, cinta dan kasih sayang dari kita semua. Maka dari itu bagaimana kita menyikapi bencana dan penderitaan adalah dengan pasrah, ikhlas dan berlapang dada bahwa ini hanyalah cobaan atau bahkan teguran dari Sang Maha Kuasa.

Solusi Menghindari Bencana dan Penderitaan

    Gempa bumi memang bencana yang tidak bisa dihindari tetapi dapat diantisipasi oleh masyarakat ketika akan terjadi bencana gempa bumi.
1. Jika berada didalam bangunan.

  • Lindungi kepala dan badang dari reruntuhan bangunan dengan cara bersembunyi dibawah meja yang berbahan dasar kuat dan tidak rapuh.
  •         Mencari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan goncangan.
  • Berlari keluar rumah atau bangunan apabila masih dapat dilakukan tetapi cobalah agar tetap tenang dan jangan panik.

2. Jika berada diluar bangunan atau area terbuka.

  • Menjauhi bangunan yang berada disekitar.
  • Memperhatikan tempat berpijak dan hindarilah apabila terjadi retakan tanah atau aspal.

3. Mendengarkan informasi mengenai gempa bumi dan radio atau televisi yaitu untuk mengetahui kemungkinan terjadi gempa susulan.
4. Mengisi angket yang diberikan oleh instansi terkait untuk mengetahui seberapa besar kerusakan yang telah terjadi.
5. Tetaplah bersama keluarga atau kerabat dan berusahalah untuk saling menjaga satu sama lain.

Sikap Saya Mengenai Bencana dan Penderitaan

    Sikap saya dalam menyikapi bencana dan penderitaan ini adalah menyikapi dengan lapang dada dan ikhlas. Karena dalam bencana ini tidak ada faktor kesalahan manusia tetapi pure takdir dari Yang Maha Kuasa. Mungkin dengan bencana ini kita bisa belajar lebih sabar dan menemukan hikmah-hikmah baik lainnya karena tidak mungkin Allah memberikan cobaan kepada hambanya jika hambanya tidak sanggup melewati cobaan tersebut. Dan sesama manusia kita harus saling tolong-menolong jika ada bencana yang menimpa saudara kita seperti bencana gempa bumi ini, bagaimana pun kita adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.





Nama    : Aulia Suryani
Kelas     : 1PA17
NPM      : 11514839

Comments

Popular Posts