Softskill Pengembangan Kreativitas & Keberbakat : Tugas dan Tulisan Pertemuan 1
Definisi Konseptual
Kreativitas
Konsepsional adalah suatu pemikiran umum
yang menggambarkan hubungan antara konsep konsep khusus yang akn menentukan
variabel variabel yang akan saling berhubungan.istilah konsepsional merupakan
pengarah atau pedoman yang lebih konkrit, sehingga diperlukan definisi
operasional.
Definisi Operasional Kreativitas
Definisi Operasional Kreativitas
Definisi operasional menurut koentjaraningrat merupakan batu ujian terakhir apakah masalah dapat diselidiki atau tidak. Sehingga hal tersebut dapat menjadi sebuah demonstrasi dari suatu proses – seperti sebuah variabel, istilah atau objek – dalam hal proses tertentu atau serangkaian tes validasi yang digunakan untuk menentukan kehadiran dan kuantitas.
Operasional
adalah petunjuk atau cara kerja bagi si peneliti dalam mengumpulkan semua
data-data yang diperlukan selama penelitian berlangsung selain itu operasional
ini juga dapat menentukan suatu masalah tersebut dapat di teliti atau tidak, kreativitas
adalah kemampuan seseorang untuk berpikir,mengembangkan serta menciptakan
konsep-konsep maupun gagasan baru. jadi operasional kreativitas adalah
kemampuan seseorang dalam mengembangkan konsep-konsep tersebut sehinggah bisa
di terapkan dalam melakukan suatu penelitian.
Definisi
Kreativitas menurut Clark (dalam Basuki, 2010) :
Clark berdasarkan hasil berbagai penelitian tentang
spesialisasi belahan otak,mengemukakan : “Kretivitas merupakan ekspresi
tertinggi keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua
fungsi dasar manusia yaitu : berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi (basic
function of thingking, feelings, sensing and intuiting)” (Jung 1961, Clark
1986).
Teori
Kreativitas
a.
Teori Freud
Freud
menjelaskan bahwa proses kreatif timbul dari mekanise pertahanan (defence mechanism). Freud percaya bahwa
meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, mekanisme
sublimasi (yaitu suatu bentuk pertahanan dengan melakukan perbuatan-perbuatan
mulia untuk menutupi kegagalan-kegagalan yang telah dilakukan) justru merupakan
penyebab utama timbulnya karya-karya kreatif. Misalnya kebutuhan seksual yang
tidak dapat dipenuhi (jadi merupakan kegagalan), maka terjadi sublimasi dan
sublimasi ini merupakan awal dari imajinasi (Utami Munandar, 1999)
b.
Teori Ernst Kris
Ernst Kris (1900 – 1957) menyatakan
bahwa mekanisme pertahanan regresi sering memunculkan tindakan kreatif. Orang
yang kreatif menurut teori ini adalah mereka yang paling mampu “memanggil”
bahan dari alam pikiran tidak sadar. Seseorang yang kreatif tidak mengalami
hambatan untuk bisa “seperti anak” dalam pemikirannya. Mereka dapat
mempertahankan “sikap bermain” mengenai maslaah-masalah serius dalam kehidupan.
Dengan demikian mereka mapu melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan
inovatif, melakukah regresi demi bertahannya ego. (Regression in the Survive of the Ego dalam Utami Munandar, 1999).
c.
Teori Carl Jung
Carl Jung (1875 – 1967) percaya bahwa
alam tidak sadar yang dalam hal ini ketidaksadaran kolektif (yang merupakan
hasil pengalaman yang sangat berpengaruh dari nenek moyang, misalnya pengalaman
traumatis akibat bencana alam, kelaparan atau peperangan yang dahysat atau
berkepanjangan, misalnya gempa dan badai, Tsunami di Aceh) memainkan peranan
yang amat penting dalam pemunculan kreativitas tingkat tinggi. Dari
ketidaksadaran kolektif ini timbul penemuan, teori, seni dan karya-karya baru
(Utami Munandar, 1999).
d.
Teori Abraham Maslow
Abraham Maslow (1908 –
1970) berpendapat manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata
sebagai kebutuhan. Kebutuhan tersebut meliputi: a) Kebutuhan fisik/biologis (phisically needs), b) Kebutuhan rasa
aman
aman (security needs), c) Kebutuhan cinta dan rasa dimiliki (love and belonging needs), d) Kebutuhan
penghargaan dan harga diri (self-esteem
needs), e) Kebutuhan aktualisasi/perwujudan diri (self-actualization needs), f) Kebutuhan estetika (esthetic needs). Kebutuhan-kebutuhan
tersebut mempunyai urutan hierarki. Keempat kebutuhan pertama disebut kebutuhan
“deficiancy”. Dua kebutuhan
berikutnya yaitu aktualisasi diri dan estetika atau transdensi disebut
kebutuhan “being”. Apabila seorang
individu bebas dari neurosis, orang akan berusaha mengaktualisasikan dirinya
sehingga mampu memusatkan pada yang hakiki. Mereka dapat mencapai “peak experience” saat mendapat kilasan
ilham (flash of insight) (Utami
Munandar, 1999).
e.
Teori Rogers
Carl Rogers (1902 – 1987)
menyatakan terdapat tiga kondisi internal pribadi yang kreatif, yaitu:
a) Keterbukaan terhadap pengalaman
b) Kemampuan untuk menilai situasi
sesuai patokan pribadi seseorang (internal
locus of evaluation)
c) Kemampuan untuk bereksperimen, untuk
“bermain” dengan konsep-konsep.
Apabila seseorang memiliki ketiga ciri ini maka kesehatan
psikologisnya sangat baik. Orang tersebut akan dapat berfungsi sepenuhnya dan
menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif apabila kondisi
lingkungan mendukung. Ketiga ciri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan
dari dalam (internal press) untuk
berkreasi (Utami Munandar, 1999).
f.
Teori Cziksenmihalyi
a) Ciri pertama yang memudahkan
tumbuhnya kreativitas adalah predisposisi genetis (genetic predisposition). Contoh seseorang yang sistem sensorinya
peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah
menjadi pemusik.
b) Minat pada usia dini pada ranah
tertentu. Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah
tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.
c) Akses terhadap suatu bidang (acces to a domain). Adanya sarana dan
prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang yang diminati, sangat
membantu pengembangan bakat.
d) Acces to a field. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat dan
tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang
terakhir, mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam bidang
yang diminati, sangat penting untuk mendapatakan pengakuan dan penghargaan dari
orang-orag penting.
e) Orang-orang kreatif ditandai adanya
kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir setiap
situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk mencapai tujuannya. (Utami
Munandar, 1999)
Ciri-ciri
kepribadian kreatif menurut Csikzenmihalyi
Csikzenmihalyi mengemukakakn 10 pasang ciri-ciri kepribadian
kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis.
a) Pribadi kreatif mempunyai kekuatan
energi fisik yang memungkinkan mereka dapat bekerja berjam-jam dengan
konsentrasi penuh, tetapi juga bisa tenang dan rileks, tergantung situasinya.
b) Pribadi kreatif cerdas dan cerdik
tetapi pada saat yang sama mereka juga naif. Mereka nampak memiliki
kebijaksanaan (wisdom) tetapi
kelihatan seperti anak-anal (child like). Insight mendalam nampak bersamaan
dengan ketidak matangan emosional dan mental. Mampu berpikir konvergen
sekaligus divergen.
c) Ciri paradoksal ketiga berkaitan
dengan kombinasi sikap bermain dan disiplin.
d) Pribadi kreatif dapat
berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada
realitas. Keduanya diperlukan untuk dapat melepaskan diri dari kekinian tanpa
kehilangan sentuhan masa lalu.
e) Pribadi kreatif menunjukan
kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi.
f) Orang kreatif dapat bersikap rendah
diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama.
g) Pribadi kreatif menunjukan
kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari
stereotip gender (maskulin-feminin).
h) Orang kreatif cenderung mandiri
bahkan suka menentang, tetapi di lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan
konservatif.
i)
Kebanyakan
orang kreatif sangat bersemangat (passionate)
bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam penilaian karya
mereka.
j)
Sikap
keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering menderita, jika mendapata
banyak kritik dan serangan, tetapi pada saat yang sama ia merasa gembira yang
luar biasa. (Utami Munandar, 1999)
Sumber :
http://tyaset4.blog.com/2010/02/definisi-kreativitas/
17/03/2015 jam 15:20
Tongsis, Karya Kreatif Anak
Bangsa
Bagi para pencinta foto narsis, tentunya sudah tidak asing lagi dengan
Tongsis. Tongsis merupakan singkatan dari Tongkat Narsis yang digunakan
pengguna untuk foto selfie di era kemajuan teknologi saat ini. Dengan Tongsis,
pengguna dapat melakukan foto selfie dari jarak jauh sehingga memudahkan
pengguna untuk melakukan selfie.
Tongsis pun
menjadi populer dengan sangat cepat dan diproduksi beberapa negara. Tapi tidak
semua orang tahu bahwa inovasi Tongsis merupakan karya asli anak bangsa.
Anindito Respati Giyardani biasa dipanggil Babab ini merupakan inovator lokal
yang mencipatkan Tongsis tersebut.
Babab Dito penemu tongsis. sumber : life.viva.co.id |
Akibatnya,
alat serupa bisa diproduksi oleh siapa saja dan dipasarkan dengan nama selain
Tongsis. Kisah pencipta Tongsis merupakan satu dari sekian banyak kisah
inovator lokal yang diceritakan oleh Yoris Sebastian dalam acara Peluncuran
Biang Inovasi pada hari Selasa (9/12) di Torino Cafe, Jakarta.
“Kisah
Babab Dito ini merupakan salah satu dari sekian banyak permasalahan yang
menyandung inovator lokal. Terinspirasi dari kisah-kisah tersebut, kami merasa
perlu adanya sebuah sarana untuk mencari dan berbagi informasi seputar inovasi.
Saya yakin Indonesia punya banyak sekali orang–orang kreatif yang mampu
berinovasi, maka alangkah baiknya jika dibuatkan suatu wadah untuk saling
menularkan semangat dan inspirasi agar muncul lebih banyak lagi biang
inovasi," ujar Herris Satya dari PT Perada Swara Productions sekaligus
pencipta website BIANGINOVASI.com
Tanggapan :
Menurut saya tentang produk kreatif tongsis yang ditemukan
oleh Babab Dito ini sangat baik, apalagi penjualan tongsis sudah merebak hingga
mancanegara dan otomatis nama Indonesia mulai dikenal baik di luar sana. Penggunaan
tongsis dewasa ini sudah sangat banyak dikenal masyarakat khususnya para remaja
yang gemar berfoto-foto, karena jika kita ingin berfoto bersama teman-teman
yang jumlahnya banyak atau ingin foto di pemandangan alam yang luas alat yang
tergolong helpful ini bisa diandalkan
dan penggunaannya yang sangat praktis dapat mudah dipakai dimana saja dan kapan
saja. Sejauh ini kegunaan tongsis masih menjadi yang terpopuler dan belum ada
yang dapat menggantikan alat ini. Tentunya saya berharap alat tongsis ini bisa
dikembangkan dan menjadi inovator bagi pemuda Indonesia untuk bisa berkreasi
membuat sesuatu yang bermanfaat.
Kesimpulan :
Tongsis sebagai bentuk kreatifitas anak bangsa yang sangat
inovator. Karena penggunaannya yang dapat melakukan foto selfie dari jarak jauh
sehingga memudahkan pengguna untuk melakukan selfie serta sangat praktis dan mudah
dalam menggunakannya sehingga alat ini cukup familiar dikalangan masyarakat
yang menyukai fotografi. Melihat suksesnya tongsis dipasaran hingga mencapai
mancanegara, produk kreatif asal Indonesia ini patut diberikan penghargaan
karena ide kreatifnya yang sangat bermanfaat.
Sumber :
http://michael-bellefroid.blogspot.com/2010/03/definisi-konsepsional-dan-operasional.html
17/03/2015
jam 17:15
Anak Laki-laki
Menunjukan Kreatifitas yang Lebih Besar dari Anak Perempuan?
Banyak sekali faktor-faktor dalam perkembangan
kreatifitas manusia, seperti halnya keluarga, faktor lingkungan, faktor
keturunan dan lain sebagainya. Namun, ada juga yang menyebutkan bahwa jenis
kelamin merupakan faktor dari kreatifitas seseorang. Menurut Hurlock (1993),
mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan munculnya variasi kreativitas yang
dimiliki individu, yaitu:
1. Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih
besar dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk
sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak
laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri,
didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para
orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
2. Status sosioekonomi
Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi
cenderung lebih kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak
kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk
memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
3. Urutan kelahiran
Anak dari berbgai urutan kelahiran menunjukkan
tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada
lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal
mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak
yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan
orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut
daripada pencipta.
4. Ukuran keluarga
Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain
sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga
besar cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosiekonomi kurang
menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan
kreativitas.
5. Lingkungan
Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif
dari anak lingkungan pedesaan.
6. Intelegensi
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan
kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai
lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan
lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.
Anak laki-laki menunjukan
kreativitas yang lebih besar daripada anak perempuan. Terutama setelah
berlalunya masa kanak-kanak. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan kreativitasnya. Misalnya, anak laki-laki lebih
ditekankan menjadi lebih mandiri dan mempunyai jiwa kepemimpinan daripada anak
perempuan. Selain itu juga anak laki-laki cenderung mencari hal-hal baru dari
lingkungan sekitarnya sehingga ia terkadang dapat mengembangkan hal-hal yang
baru saja didapatkannya.
Namun, menurut saya jenis
kelamin bukan menjadi faktor utama dalam kreatifitas seseorang. Tidak semua
anak laki-laki mempunyai kreatifitas yang lebih tinggi dari anak perempuan, hal
ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi seperti dari faktor
internal seseorang yaitu keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari
luar atau dalam individu yang masing-masing individu mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda. Dari faktor eksternal juga sangat mempengaruhi, seperti
lingkungan, cara didik orang tua dan sebagainya. Namun terlepas dari itu semua,
saya berpendapat bahwa anak laki-laki mempunyai kapasitas kreatifitas yang
lebih besar dibanding anak perempuan secara lahiriah. Dari faktor eksternal,
anak laki-laki lebih ditekankan menjadi pemimpin yang harus mampu mengambil
keputusan dengan cepat sehingga, anak laki-laki kreaitifitasnya lebih
berkembang dibanding anak perempuan. Namun, jika anak perempuan juga ditekankan
untuk menjadi seorang pemimpin dan diharuskan untuk mampu mengambil keputusan
dengan cepat, maka kreatifitasnya juga akan berkembang namun hasilnya akan
berbeda dengan yang dilakukan anak laki-laki. Akan tetapi, tidak semua anak
laki-laki diberi pendidikan atau penekanan untuk menjadi seorang pemimpin atau
mandiri dan melakukan inisiatif serta orisinalitasanya sehingga, kreatifitasnya
lebih kecil dibanding perempuan yang ditekan untuk menjadi pemimpin dan
lingkungan yang memungkinkan ia melakukan hal-hal yang membuat kreatifitasnya
berkembang.
Sumber :
https://psikologikreativitasump.wordpress.com/2011/12/16/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kreativitas/
17/03/2015 jam 16:03
Nama : Aulia Suryani
NPM : 11514839
Comments
Post a Comment