Tugas Softskil 4: Empowerment, Stres dan Konflik, serta Komunikasi dalam Manajemen

Nama: Aulia Suryani
NPM: 11514839
Kelas: 3PA17


I.   Empowerment, Stres dan Konflik
A.    Pengertian Empowerment
Istilah pemberdayaan secara etimologi merupakan terjemahan dari kata empowerment. Menurut kamus Webster dan Oxford English Dictionary, kata ‘empower’ mengandung dua arti yaitu ‘to give power or authority to’ yang dapat diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain, dan ‘to give ability to or enable’ yang artinya upaya untuk memberi kemampuan atau kedayaan. Empowerment juga bisa dikatakan sebagai upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku atau aktor yang menentukan hidup mereka sendiri.
B.     Pengertian Stres
Menurut Handoko (1993), stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang memengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stressor.
·         Sumber-sumber stres
Menurut Maramis (1999) ada empat sumber atau penyebab stres psikologis, yaitu:
-        Frustrasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral malintang, misalnya apabila ada perawat Puskesmas lulusan SPK bercita-cita ingin mengikuti D3 Akper program khusus Puskesmas, tetapi tidak diizinkan oleh istri/suami, tidak punya biaya, dan sebagainya.
Frustrasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).
-        Konflik
Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict, approach-avoidance conflict, atau avoidance-avoidance conflict.
-        Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar di sekolah selalu rangking satu atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami.
-        Krisis
Keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan, dan penyakit yang harus segera dioperasi.
C.    Pengertian Konflik
Menurut Soerjono Soekanto konflik adalah suatu proses sosial ketika orang perorangan atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan atau kekerasan. Akan tetapi, pemahaman konflik saat ini lebih luas dari sekedar saling memukul.
·         Jenis-jenis konflik
-        Konflik vertikal. Contohnya konflik negara versus warga, buruh versus majikan
-        Konflik horizontal. Contohnya konflik antarsuku, antaragama, dan antarmasyarakat.
·         Proses Konflik
Konflik tidak terjadi dengan tiba-tiba, tetapi ada kondisi yang mendukungnya. Bila terjadi tidak langsung besar, tetapi mulai dari kecil pada awalnya, memuncak besarnya pada klimaks, dan mereda pada akhirnya. Bila sudah berakhir, proses konflik tak berhenti, tetapi ada kelanjutannya. Demikianlah konflik mempunyai proses yang memakan waktu dan gerak naik turunnya membentuk semacam lingkaran (cycle).
Secara garis besar lingkaran konflik terdiri dari hal-hal berikut:
1.      Kondisi yang mendahului (antecedent condition). Kondisi ini terdiri dari faktor-faktor yang pada umumnya membawa pada konflik.
2.      Kemungkinan konflik yang dilihat (perceived potential conflict). Pada tahap ini satu atau kedua belah pihak melihat kemungkinan konflik diaantara mereka.
3.      Konflik yang dirasa (felt conflict). Pada tahap ini, tubrukan kepentingan dan kebutuhan terjadi. Satu pihak atau kedua belah pihak yang terlibat melihat keadaan yang tidak memuaska, menghambat, menakutkan dan mengancam.
4.      Perilaku yang tampak (manifest behavior) pada waktu konflik sudah terjdi orang-orang menanggapi dan mengambil tindakan. Bentuknya dapat secara lisan, seperti saling mendiamkan, bertengkar, berdebat; atau nyata dalam perbuatan, seperti bersaing, bermusuhan, atau menyerang.
5.      Konflik ditekan atau dikelola (suppressed or managed conflict) pada tahap ini konflik yang sudah terjadi dapat ditekan, artinya konflik ditiadakan. Secara lahirian konflik itu tampak seperti sudah selesai, meskipun masalah intinya tidak ditangani, dan pihak-pihak yang berkonflik hanya sekedar berdampingan dalam suasana panas itu., atau konflik dikelola dan diselesaikan.
6.      Sesudah konflik diselesaikan (management aftermath) bila konflik tidak dikelola dan diselesaikan, kedua belah pihak yang terlibat dalam konflik menanggung segala akibatnya entah bagi diri sendiri, kerja hubungan dengan orang lain, atau lembaga tempat orang bekerja.

II.                Komunikasi dalam Manajemen
A.    Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh manajer dalam menjabarkan pengertian antar manajer dan orang lain.
B.     Proses Komunikasi
1.   Langkah pertama, ide atau gagasan diciptakan oleh sumber komunikator
2.   Langkah kedua, ide yang diciptakan tersebut kemudian dialih bentukan menjadi lambang-lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirimkan.
3.   Langkah ketiga, pesan yang telah di-encoding tersebut selanjutnya dikirimkan melalui saluran atau media yang sesuai dengan karakteristik lambang-lambang komunikasi ditujukan kepada komunikan.
4.   Langkah keempat, penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan persepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersebut.
5.   Langkah kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di-decoding, khalayak akan mengirim kembali pesan tersebut ke komunikator.
C.    Hambatan Komunikasi
1.      Hambatan fisik
Hambatan fisik menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan fisik atau badan seseoranng, misalnya tuna rungu atau orang yang tidak bisa mendengar.
2.      Hambatan kepribadian
Kesulitan untuk memiliki topic pembicaraan dengan orang lain.
3.      Hambatan usia
Usia kadang menjadi hambatan saat berkomunikasi, misalnya anak takut menyampaikan sesuatu kepada orang tuanya. Atau saat orang tua berbicara anak harus diam mendengarkan, akibatnya komunikasi hanya terjadi satu arah saja.
4.      Hambatan budaya
Hambatan budaya dapat terlihat seperti yang pernah saya jumpai seorang perempuan saat saya transit di Bandara Dubai. Ia membutuhkan informasi tapi saya tidak bisa membalasnya (saat itu saya berbicara bahasa inggris) karena saya tidak mendengar dengan jelas. Saya tidak bisa melihat ekspresi mukanya saat berbicara karena dalam budayanya Ia harus mengenakan penutup mulut. Ia adalah perempuan dari negara belahan Timur Tengah yang memang harus mengenakan busana demikian.
5.      Hambatan bahasa
Bahasa kerap menjadi hambatan bila kita berbeda bahasanya dan kita tidak mengerti dengan bahasa lawan bicara kita.
6.      Hambatan kecakapan teknologi
Dalam suatu pertemuan mediasi komunikasi orangtua dan anak di suatu sekolah, saya menampilkan slide show tentang sms seorang ABG remaja kepada kekasihnya dengan menggunakan kalimat atau kata-kata slank atau bahasa Alay. Bahasa Alay menggunakan huruf besar dan huruf kecil dalam satu kata juga cenderung tidak lengkap sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Apa yang terjadi? Orangtua tidak bisa menangkap pesan SMS tersebut.
7.      Hambatan lingkungan sekitar
Hal ini bisa mudah ditemui semisal kita menjadi salah menangkap maksud komunikasi karena suara yang bising atau polusi suara.
Lingkungan alam lain misalnya letak atau jarak pengirim pesan dengan penerima pesan yang berjauhan menyebabkan informasi tidak diterima dengan jelas.

D.    Komunikasi Interpersonal Efektif  dalam Organisasi yang mencakup Componential & Situational
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. (Muhammad, 2005,p.158-159).
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73)
Komunikasi dapat dikatakan efektif apa bila komunikasi yang dilakukan dimana :
1.    Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana yang dimaksud oleh pengirimnya.
2.    Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang diminati oleh pengirim.
3.    Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menindaklanjuti pesan yang dikirim.

Komunikasi interpersonal efektif dalam organisasi yang mencakup componential & situational, yaitu :
Komunikasi dalam organisasi atau perusahaan dapat menentukan efektif atau tidaknya dalam suatu penyampaian pesan atau perintah antar anggota organisasi, baik antara atasan dengan bawahan (downward communication), bawahan dengan atasan (upward communication), maupun antar anggota yang jabatannya setaraf (lateral communication). Secara sederhana, komunikasi adalah proses penyampaian atau transfer dan pemahaman suatu pengertian (meaning). Jadi dalam berkomunikasi, kita harus efektif menyampaikan pesan yang ada pada kita kepada orang lain. Adapun berkomunikasi secara langsung dan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Karena dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dengan efek umpan balik secara langsung. Proses berkomunikasi dimulai dari adanya pesan yang akan disampaikan oleh pengirim, kemudian ditransfer melalui suatu channel (saluran), kemudian diterima oleh penerima. Adapun komunikasi interpersonal efektif dalam suatu organisasi mencakup dua bagian yaitu componential dan situational.
1. Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.
2. Situasional
Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi yang mendukung disekitarnya.

E.      Model Pengolahan Informasi dalam Komunikasi
Model Pengolahan Informasi pada dasarnya menitikberatkan dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya
Model pengolahan informasi dibawah ini ada 4 yaitu:
1.      Rational
Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap kembali informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima informasi terjadi pada saat siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan informasi terjadi pada saat siswa harus menghafal, memahami, dan mencerna pelajaran. Sedangkan proses mengungkap kembali informasi terjadi pada saat siswa menempuh ujian atau pada saat siswa harus menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam kesadaran manusia melalui pancaindera, yaitu indera pendengaran, penglihaan, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Informasi masuk ke kesadaran manusia paling banyak melalui indera pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan alas an tersebut , maka media yang banyak digunakan adalah media audio, media visual, dan media audiovisual (gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih daripada satu media dalam proses komunikasi, informasi dan pembelajaran. Konsep multimedia diasarkan atas pertimbangan bahwa penggunaan lebih dari pada satu media yang menyentuh banyak indera akan membuat proses komunikasi termasuk proses pembelajaran lebih efektif.
Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses pembelajaran) sering dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah dalam proses komunikasi, misalnya:
Ditinjau dari pihak siswa: Kesulitan bahasa, sukar menghafal, terjadi distorsi atau ketidakjelasan, gangguan pancaindera, sulit mengungkap kembali, sulit menerima pelajaran, tidak tertarik terhadap materi yang dipelajari, dsb. Di tinjau dari pendidik, misalnya pendidik tidak mahir mengemas dan menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan, ketidak ajegan, dsb. Ditinjau dari pesan atau materi yang disampaiakan, misalnya: materi berada jauh dari tempat siswa, materi terlau kecil, abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau disentuh.
2.      Limited capacity
Model ini menunjukkan bagaimana orang menyederhanakan pengolahan informasi.
3.      Expert
Model ini bergantung pada model limited capacity
4.      Cybernetic
Model ini berpendapat bahwa informasi diproses dari waktu ke waktu

F.     Model Interaktif Manajemen dalam Komunikasi
1.      Confidence
Dalam manajemen timbulnya suatu interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
2.      Immediacy
Ini adalah model organisasi yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan
3.      Interaction management
Adanya berbagai interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang bersangkutan
4.      Expressiveness
Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
5.      Other-orientation

Sumber:

Hardjana, A.M. (1994). Konflik ditempat kerja. Yogyakarta: Kanisius
Herujito, Y.M. (2000). Dasar-dasar manajemen. Jakarta: Grasindo
Joseph, A.D. (2012). Komunikasi antar manusia. Jakarta: Profesional
Murdiyatmoko, J. (2004). Sosiologi: memahami dan mengkaji masyarakat. Jakarta: Grafindo Media Pratama
Sachari, A. (2007). Budaya visual indonesia. Jakarta: Erlangga
Sunaryo. (2002). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Suprapto, T. (2009). Pengantar teori dan manajemen komunikasi. Yogyakarta: Medpress
Umar, H. (2005). Riset sumberdaya manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Waluya, B. (2007). Sosiologi: menyelami fenomena sosial di masyarakat. Bandung: PT. Setia Purna Inver

Comments

Popular Posts