SOFTSKIL PSIKOTERAPI TUGAS 3: Resume dan Resensi Logoterapi Victor Frankl
Disusun Oleh :
- Anisa Nur Aripah (11514289)
- Aulia Suryani (11514839)
- Heni Rahmawati (14514914)
- Nuke Noviana (18514116)
Kelas : 3PA17
Victor E.
Frankl adalah seorang neuro-psikiater kelahiran Wina, Austria yang berhasil
selamat keluar dari kamp konsentrasi maut Nazi melalui usahanya untuk tetap
mempertahankan dan mengembangkan hidup bermakna (the will to meaning). Ternyata harapan untuk hidup bermakna dapat
dikembangkan dalam berbagai kondisi, baik dalam keadaan normal, maupun dalam
penderitaan (suffering), misalnya
dalam kondisi sakit (pain), salah (guilt), dan bahkan menjelang kematian
sekalipun.
Dari
pengalaman hidupnya, Frankl belajar bahwa manusia dapat kehilangan segala
sesuatu yang dihargainya kecuali kebebasan manusia yang sangat fundamental
yaitu kebebasan untuk memilih suatu sikap atau cara bereaksi terhadap nasib
kita, kebebasan untuk memlilih cara kita sendiri. Apa yang berarti dalam
eksistensi manusia, bukan semata-mata nasib yang menantikan kita, tetapi
bagaimana cara kita menerima nasib itu. Frankl percaya bahwa arti dapat
ditemukan dalam semua situasi, termasuk penderitaan dan kematian. Frankl
berasumsi bahwa hidup ini adalah penderitaan, tetapi untuk menemukan sebuah arti
dalam penderitaan maka kita harus terus menjalani dan bertahan untuk tetap
hidup. Frankl menyatakan pentingnya dorongan dalam mencari sebuah arti untuk
eksistensi manusia sebagai suatu sistem, yang kemudian disebut logoterapy. Logoterapy kemudian menjadi model psikoterapinya.
Menurut
Frankl, keadaan dimana seorang individu kekurangan arti dalam kehidupan disebut
sebagai kondisi noőgenic neurosis. Inilah keadaan yang bercirikan tanpa arti,
tanpa maksud, tanpa tujuan dan hampa. Menurut Frankl, individu semacam ini
berada dalam kekosongan eksistensial (existential
vacuum), suatu kondisi yang menurut keyakinan Frankl adalah lumrah dalam
zaman modern.
Menurut Frankl, hakekat dari
eksistensi manusia terdiri dari 3 faktor, yaitu:
1.
Spiritualitas.
Spiritualitas adalah suatu konsep
yang sulit dirumuskan, tidak dapat direduksikan, tidak dapat diterangkan dengan
istilah – istilah material, meskipun dapat dipengaruhi oleh dunia material,
namun tidak dihasilkan atau disebabkan oleh dunia material itu.
Merupakan suatu konsep yang sulit dirumuskan namun
tidak dapat direduksikan dan tidak dapat diterangkan dengan bentuk-bentuk yang
bersifat material, kendatipun spiritual dapat dipengaruhi oleh dimensi
kebendaan. Namun tetap saja spiritualitas tidak dapat disebabkan ataupun
dihasilkan oleh hal-hal yang bersifat bendawi tersebut. Istilah spiritual ini
dapat disinonimkan dengan istilah jiwa. Manusia tidak dapat didikte oleh
faktor-faktor non-spiritual seperti instink, kondisi spesifik, atau lingkungan
2.
Kebebasan.
Adanya suatu keadaan dimana
manusia tidak didikte oleh faktor – faktor non spiritual, insting, warisan kita
yang khusus atau kondisi lingkungan.
Kebebasan tidak dibatasi oleh hal-hal yang bersifat
non spiritual, oleh insting-insting biologis, apalagi oleh kondisi-kondisi
lingkungan. Manusia dianugerahi kebebasan oleh penciptanya, dan dengan
kebebasan tersebut ia diharuskan untuk memilih bagaimana hidup dan bertingkah
laku yang sehat secara psikologis. Individu yang tidak tahu bagaimana cara
memanfaatkan kebebasan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya, adalah individu yang
mengalami hambatan psikologis atau neurotis. Individu yang neurotik akan
menghambat pertumbuhan sekaligus pemenuhan potensi- potensi yang mereka miliki,
sehingga akan mengganggu perkembangan sebagai individu secara penuh.
3.
Tanggung jawab.
Tidak cukup merasa bebas untuk
memilih namun manusia juga harus menerima tanggung jawab terhadap pilihan
tersebut. Logotherapy mengingatkan manusia terhadap tanggung jawab dengan kalimat
berikut, “Hiduplah seolah – olah anda hidup untuk kedua kalinya, dan bertindak
salah untuk pertama kalinya kira – kira demikian anda bertindak sekarang.” Individu
yang sehat secara psikologis menyadari sepenuhnya akan beban dan tanggung jawab
yang harus mereka pikul dalam setiap fase kehidupannya, sekaligus menggunakan
waktu yang mereka miliki dengan bijaksana agar hidup dapat berkembang ke arah
yang lebih baik.
Kehidupan
yang penuh arti sangat ditentukan oleh kualitasnya, bukan berapa lama atau berapa
panjang usia hidup. Keberadaan manusia akan menjadi sehat dan efektif jika
faktor-faktor tersebut di atas dapat terealisasikan dengan baik dan benar dalam
setiap tindakan yang dilakukan oleh individu.
Untuk
mencapai dan menggunakan spiritualitas, kebebasan dan tanggung jawab semuanya
tergantung pilihan yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Tanpa ketiga – tiganya
tidak mungkin menemukan arti dan maksud dalam kehidupan. Dalam sistem Frankl,
ada satu dorongan yang fundamental yakni kemauan akan arti yang kuat hingga
mampu mengalahkan semua dorongan lain pada manusia. Tanpa arti untuk kehidupan,
tidak ada alasan untuk meneruskan kehidupan. Arti kehidupan sangat istimewa dan
unik bagi setiap individu sehingga arti kehidupan menjadi berbeda dari orang
yang satu dengan orang yang lain bahkan dari momen yang satu ke momen
berikutnya. Karena adanya perbedaan tersebut maka setiap orang harus menemukan
caranya sendiri untuk memberikan respon.
Logoterapi dibangun diatas tiga
asumsi dasar yang satu sama lain saling mempengaruhi, yaitu:
1.
Fredom of
will (kebebasan bersikap dan berkehendak)
Frankl sangat menantang
pendekatan-pendekatan psikologi/psikiatri yang menyatakan kondisi manusia
dipengaruhi dan ditentukan oleh insting-insting biologis atau konflik masa kanak-kanak
atau sesuatu kekuatan dari luar lainnya. Menurut Frankl meskipun kondisi luar
tesebut mempengaruhi kehidupan, namun individu bebas memilih reaksi dalam
menghadapi kondisi-kondisi tersebut. Manusia memang tidak akan dapat bertahan
dan mampu menghilangkan kekuatan-kekuatan luar tersebut, tetapi bebas memilih
sikap untuk menghadapi, merepson dang menangani kekuatan tersebut. Manusia
harus menghargai kemampuannya dalam mengambil sikap untuk mencapai kondisi yang
diinginkannya. Manusia tidak sepenuhnya dikondisikan dan ditentukan oleh
lingkungannya, namun dirinyalah yang lebih menentukan apa yang akan dilakukan
terhadap berbagai kondisi itu. Dengan kata lain manusialah yang menentukan
dirinya sendiri.
2.
Will to
Meaning (kehendak untuk hidup bermakna)
Kehendak akan arti kehidupan
maksudnya kebutuhan manusia untuk terus mencari makna hidup untuk
eksistensinya. Semakin individu mampu mengatasi dirinya maka semakin ia
mengarah pada suatu tujuan sehingga ia menjadi manusia yang sepenuhnya. Arti
yang dicari tersebut memerlukan tanggung jawab pribadi karena tidak seorangpun
bisa memberikan pengertian dan menemukan maksud dan makna hidup kita selain
diri kita sendiri. Dan itu merupakan tanggung jawab masing-masing pribadi untuk
mencari dan menemukannya. Menurut Frankl keinginan untuk hidup yang bermakna
ini merupakan motivasi utama yang tedapat pada manusia untuk mencari, menemukan
dan memenuhi tujuan dan arti hidupnya.
3.
Meaning of
Life (makna hidup)
Pada dasarnya, manusia adalah
makhluk yang selalu berusaha untuk memaknai hidupnya. Pada beberapa orang,
pencarian makna hidup bisa berakhir dengan keputusasaan. Keputusasaan dan
kehilangan makna hidup ini merupakan neurosis, dan Frankl menyebut kondisi ini noogenic neurosis. Sebutan itu bermakna
bahwa neurosis ini berbeda dengan yang disebabkan oleh konfliks psikologis
dalam individu. Noogenic neurosis
menggambarkan perasaan tidak bermakna, hampa, tanpa tujuan dan seterusnya.
Orang-orang seperti ini berada dalam kekosongan eksistensial (existential vacuum). Tetapi Frankl
mengatakan bahwa kondisi tersebut lumrah terjadi di zaman modern ini. Frankl
menganggap bahwa makna hidup itu bersifat unik, spesisfik, personal, sehingga
masing-masing orang mempunyai makna hidupnya yang khas dan cara penghayatan
yang berbeda antara pribadi yang satu dengan yang lainnya.
Salah satu indikator ketidak
bermaknaan hidup adalah rasa bosan. Orang-orang yang merasa bosan dan merasa
bodoh terhadap noogenic neurosis
disebabkan oleh:
a.
Kehilangan instink-instink alamiah untuk
berhubungan dengan alam
b.
Merasa adat kebiasaan, tradisi, dan nilai-nilai
untuk menentukan tingkah laku sehingga seakan ada yang mengatur langkah
hidupnya
Mencari arti
dapat merupakan tugas yang membingungkan, menantang dan menambah tegangan bukan
mengurangi tegangan batin, namun sesungguhnya menurut Frankl, peningkatan
tegangan ini adalah prasyarat untuk kesehatan psikologis. Kaitannya dengan
kepribadian, menurut Frankl, suatu kepribadian yang sehat mengandung tingkat
tegangan tertentu antara apa yang telah dicapai dan apa yang harus dicapai
dimana orang – orang yang sehat selalu memperjuangkan tujuan yang akan
memberikan arti tersebut.
Ada 3 cara yang dikemukakan oleh logotherapy untuk menuntun pada pencarian
arti kehidupan, yaitu:
1.
Dengan memberi kepada dunia lewat suatu ciptaan
/ karya.
2.
Dengan mengambil sesuatu dari dunia melalui
pengalaman
3.
Dengan sikap yang diambil manusia dalam
menyikapi penderitaan.
Ketiga cara tersebut kemudian
terkait dengan tiga sistem nilai dalam pemberian arti kepada kehidupan, yaitu:
Nilai – nilai
daya cipta; yang menyangkut pemberian kepada dunia, diwujudkan dalam aktivitas
yang kreatif dan produktif. Arti diberikan kepada kehidupan melalui tindakan
yang menciptakan suatu hasil yang kelihatan atau ide yang tidak kelihatan atau
dengan melayani orang – orang lain yang merupakan suatu ungkapan individu.
Nilai – nilai
pengalaman, menyangkut penerimaan dari dunia, diwujudakan dengan menyerahkan
diri kepada keindahan yang ada di alam sekitar atau seni. Menurut Frankl ada
kemungkinan memenuhi arti kehidupan dengan mengalami beberapa segi kehidupan
secara intensif, walaupun individu tidak melakukan suatu tindakan yang positif.
Yang menentukan bukan berapa banyak puncak yang kita capai atau berapa lama
seseorang tinggal dalam tingkatan pencapaian tersebut namun intensitas yang
kita alami terhadap hal – hal yang kita miliki.
Nilai-nilai
sikap. Situasi-situasi yang menimbulkan nilai-nilai sikap ialah
situasi-siatuasi dimana manusia tak mampu mengubah atau menghindari situasi
tersebut. Apabila dihadapkan dalam situasi ini maka satu-satunya cara untuk
menyikapinya adalah menerima situasi tersebut. Cara bagaiman manusia menerima
situasi tersebut, keberanian dalam menahan penderitaan tersebut, kebijaksanaan
yang kita perlihatkan ketika berhadapan dengan bencana marupakan ujian dan
ukuran terakhir dari pemenuhan kita sebagai manusia.
Orang-orang
yang menemukan arti dalam kehidupan mencapai keadaan transedensi diri, keadaan
yang terakhir untuk kepribadian yang sehat. Dalam pandangan Frankl dorongan
utama dalam kehidupan adalah bukan diri melainkan arti. Menjadi manusia
sepenuhnya berarti mengadakan hubungan dengan seseorang atau orang lain di luar
diri sendiri.
Menurut Frankl, terdapat dua
tujuan yang berorientasi pada diri adalah kesenangan dan aktualisasi diri.
1.
Frankl menyatakan semakin banyak kita dengan
sengaja berjuang untuk kesenangan maka mungkin semakin kurang kita
mendapatkannya.
2.
Satu-satunya cara untuk mengaktualisasikian-diri
ialah melalui pemenuhan arti di luar diri.
Sumber:
Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup
dan Meraih Kehidupan Bermakna. Jakarta: Rajawali Press.
Corey, G. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
PT. Refika Aditama
Frankl, Victor E. 2003. Logoterapi Terapi Melalui Pemaknaan Eksistensi.
Jogjakarta: Kreasi Wacana.
Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model – model kepribadian
yang sehat. Yogyakarta
Comments
Post a Comment