Tugas Softskil ke-4 : PSIKOLOGI MENTAL PEKERJAAN DAN WAKTU LUANG & SELF – DIRECTED CHANGES
PSIKOLOGI
MENTAL
PEKERJAAN
DAN WAKTU LUANG &
SELF
– DIRECTED CHANGES
Dosen
pembimbing : Wahidah Zahroh
Kelas : 2 PA 17
kelompok : 3
kelompok : 3
Nama Anggota :
Adelina Ayu
Andyani
|
10514207
|
Anisa Nur
Arifah
|
11514289
|
Aulia
Suryani
|
11514839
|
Devia Hira
Wardhani
|
12514840
|
Feby Rendra
Febriani
|
14514139
|
Heni
Rahmawati
|
14514914
|
Irfan Ramiz
Putra Andika
|
15514446
|
Jeckwin
Giovally Latuhihin
|
15514613
|
Mutia
Ramadayu
|
17514676
|
UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS
PSIKOLOGI
2016
I. Pekerjaan dan Waktu Luang
A. Mengubah Sikap Terhadap Pekerjaan
Awalnya
individu harus mengerti apa nilai pekerjaaan itu. Nilai pekerjaan seseorang bergantung dengan bagaimana individu itu
melihat pekerjaan itu sendiri. Umumnya pekerjaan dinilai sebagai kegiatan
manusia yang diarahkan untuk kemajuan manusia, baik kemajuan rohani maupun
jasmani. Pekerjaan memerlukan pemikiran yang sadar sehingga bisa dengan bebas
dapat mengarahkan kegiatannya kepada suatu tujuan tertentu. Dan tujuan yang
dicari dalam pekerjaan yaitu menjadikan pekerja menjadi “baik”. Baik disini
maksudnya adalah menjadikan pekerja lebih terpenuhi kebutuhan hidupnya dan
keluarganya, dan mereka menghindari aktifitas mereka yang menjadikan mereka
“buruk”. Dan disini atasan juga berperan penting dalam mengubah sikap karyawan
mereka agar dapat bekerja lebih keras dan mencapai kinerja pekerjaan yang lebih
tinggi. Karyawan diusahakan supaya menyukai pekerjaan yang ia dapatkan agar
dapat menghasilkan kinerja yang baik. Manajer dalam mengubah sikap karyawan
juga harus memiliki kemampuan yang tepat, misalnya diberi bonus jika bisa
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Diberikan reward dan punishment kepada
karyawan tersebut, sehingga memunculkan sikap take and give.
Juga ada beberapa hal
yang dicari dalam pekerjaan adalah:
Mencari penghasilan.
Hal ini
adalah hal yang paling dasar yang mendorong seseorang untuk bekerja.
Untuk mencari nafkah (uang), untuk mencukupi kebutuhannya dan keluarga. Hal ini
juga yang biasa digunakan sebagai pertimbangan dalam memilih suatu pekerjaan.
Semakin besar gaji (uang) yang ditawarkan oleh pekerjaan tersebut, maka semakin
menarik perkerjaan itu. Banyak orang yang berpindah-pindah kerja untuk mencari
gaji yang lebih tinggi.
Pengembangan diri
Adalah
tabiat manusia untuk ingin berkembang menjadi lebih baik. Orang bekerja karena
mereka ingin mencari pengembangan (potensi) diri mereka. Mereka akan
mencari pekerjaan dimana mereka dapat mengembangkan diri mereka disana.
Pekerjaan dengan jenjang karir bagus dimana berarti ada peluang pengembangan
diri selalu menjadi incaran. Pertimbangan yang lain adalah korelasi pekerjaan
dengan bidang keilmuan dan minat mereka.
Keseusaian ini akan mempermudah dalam pekerjaannya, dan sebagai salah satu bentuk pengembangan diri mereka.
Keseusaian ini akan mempermudah dalam pekerjaannya, dan sebagai salah satu bentuk pengembangan diri mereka.
Mencari teman/sarana bersosialisasi
Manusia
adalah makhluk sosial yang perlu untuk bersosialisasi. Maka manusia perlu
bekerja untuk menambah teman dan relasi mereka. Sebagai media dan tempat mereka
untuk bersosialisasi. Dalam hal ini faktor yang menjadi pertimbangan adalah
lingkungan kerja dan juga rekan kerja. Lingkungan kerja yang nyaman dan rekan
kerja yang kooperatif menjadi pertimbangan seseorang dalam memilih suatu
perkerjaan.
Mencari kebanggaan/kehormatan diri
Hal lain
yang dicari oleh orang dengan bekerja adalah kebanggaan dan kehormatan diri.
Orang yang mencukupi kebutuhan dirinya dengan bekerja lebih terhormat
dibandingkan orang yang tergantung pada orang lain. Pada beberapa orang,
kehormatan diri juga bergantung dari jenis pekerjaan, tempat
kerja dan nama perusahaan. Ada orang yang merasa lebih terhormat dengan
bekerja sebagai pegawai kantoran. Dan ada juga orang yang bangga dengan bekerja
di perusahaan top.
Fungsi psikologi untuk pekerjaan
Umumnya
psikologi digunakan dalam bidang HRD dalam sebuah perusahaan untuk menentukan
bagaimana seorang individu ditempatkan di sebuah bdiang pekerjaan. Juga
mengatur bagaimana prestasi seorang pekerja akan dinilai dan direward. HRD juga
bekerja di bagian manajemen SDM, mereka juga menilai motivasi kerja, kepuasan
kerja serta moral dari seorang pekerja.
B. Proses dalam Memilih Pekerjaan
Proses perkembangan
dalam pemilihan pekerjaan bagi individu dijelaskan oleh Donald Super.
Perkembangan pemilihan karier pekerjaan dibagi menjadi lima tahap, yaitu :
Cristalization, Individu berusaha mencari berbagai
bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal dan nonformal
untuk persiapan masa depan hidupnya.
Spesification, Individu akan meneruskan pendidikannya
pada jenjang khusus yang sesuai dengan minat-bakatnya. Masa spesifikasi ini
lebih mengarah pada jalur pendidikan yang menjurus pada taraf professional atau
keahlian.
Implementation, Individu mulai menerapkan pengetahuan
dan keterampilan yang telah diperoleh pada masa sebelumnya, secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan bidang keahlian atau profesi nya. Misalnya
setelah ia lulus dalam pendidikan psikologi nya ia berprofesi sebagai seorang
psikolog
Stabilization, Individu menekuni bidang profesinya
sampai benar-benar ahli di bidangnya sehingga individu dapat mencapai prestasi
puncak. Taraf ini ditandai dengan prestasi individu menduduki posisi penting,
misalnya direktur perusahaan,dsb
Consolidation, Setelah mencapai puncak karier,
individu mulai memikirkan kembali sesuatu yang telah dilakukan selama ini baik
yang berhasil maupun yang gagal.
Fase
remaja sangat penting untuk dilalui oleh anak-anak karena akan memengaruhi masa
depan mereka. Terutama dalam hal bagaimana anak-anak mendeskripsikan siapa diri
mereka serta bagaimana mereka bersikap terhadap lingkungan mereka di masa
depan. Jika anak-anak gagal menjalani fase remaja dengan baik, maka tugas-tugas
perkembangan mereka di fase usia selanjutnya akan rentan terganggu.
Apalagi
tugas perkembangan yang utama dilakukan dalam fase remaja adalah untuk mencari
identitas diri. Identitas diri mencakup bagaimana seorang anak melihat diri
mereka, bagaimana mereka menilai kelebihan dan kekurangannya, bagaimana mereka
menentukan bayangan sosok ideal yang mereka ingin perankan, serta bagaimana
mereka menentukan bayangan masa depan yang mereka inginkan. Ketika anak-anak
pada usia ini gagal mengetahui siapa identitas mereka, maka mereka akan
mengalami kebingungan yang akan rentan berdampak pada tugas-tugas perkembangan
mereka selanjutnya.
Proses
mencari identitas diri juga bukanlah suatu hal yang mudah. “Anak-anak harus
mengeksplorasi diri mereka di dalam lingkungan serta menghadapi tantangan
lingkungan, sementara di waktu yang bersamaan mereka juga mengalami
perubahan-perubahan di aspek fisik, kognitif, dan psikologis, yang membuat
mereka harus beradaptasi,” lanjut Pustika. Proses yang tidak mudah inilah yang
membuat anak-anak kerap terkesan “labil”.
Adapun
fase-fase dalam memilih pekerjaan:
(-) Tahap Pertama, pada umur 15029 tahun:
Pada tahap ini, seseorang umumnya memilih jurusan, yang menurutnya baik dan ia
suka. Apakah seseorang memilih jurussan tertentu oleh karna masalah imej
jurusan tersebut. Salah satu faktor, bisa juga ia memilih jurusan tertentu karena
rekomendasi orang tua dan sisi ekonomi atau peluang kerja.
(-) Tahap Kedua, pada umur 22-30 tahun: Pada
fase ini, orang memilih karir sesuai dengan jurusan apa yang ia pilih. Ini
biasanya bisa terjadi sampai umu 30tahun. Ada gairah terhadap pekerjaan apalagi
kalu diperusahaan tempat ia bekerja ada suasana kondusif ditambah dengan
jenjang karier yang jelas.
(-) Tahap Ketiga, pada umur 30-38 tahun:
Bila seseorang menekuni pekerjaannya pada fase kedua, kinerjanya akan semakin
baik pada fase ini. Kinerja umumnya diatas rata-rata. Gairah kerja semakin
bertambah. Ia mungkin mencapai posisi manager dalam sebuah perusahaan pada fase
ini. Karir semakin mantap dan bisa sampai menduduki posisi Vice President.
(-) Tahap Keempat, pada umur 38-45 tahun:
Inilah tahapan atau fase yang tepat untuk memikirkan ulang pekerjaan yang
seharusnya ditekuni. Pada safe ini biasanya orang mulai makin sadar akan
pekerjaannya yang seharusnya ia tekuni. Ini adalah fase yang kritis karena pada
fase ini akan muncul pertanyaan “ Mau kemana arah atau Jalur Karir yang di
tempuh? “. Pada fase ini persaingan ke posisi yang lebih tinggi semakin ketat.
Peluang untuk naik ke posisi yang banyak membuat kebijakan strategis semakin
kecil karena persaingan atau ada orang yang lebih hebat atau lebih cerdas dari
anda untuk menduduki posisi tersebut. Pada saat yang sama, anda juga ingin
merasakan keleluasan untuk memberikan keputusan. Ada keinginan unutk membuat
keputusan-keputusan yang lebih besar bagi perusahaan atau organisasi yang akan
menambah kepuasan diri juga ada sel-actualitation
(-) Tahap Kelima, pada umur 45-55 tahun:
Bila seseorang lolos pada fase keempat, biasanya ia akan semakin mantap pada
fase ini, khususnya mereka yang memilih karir atau menemukan pekerjaan yang
cocok dengan bakat dan talenta pribadinya.
(-) Tahap Keenam, pada umur 55-62 tahun:
Orang – orang yang sukses melewati tahap keempat dan kelima akan mengalami
gairah kerja yang semakin bertambah pada fase ini
(-) Tahap Ketujuh, pada umur 62-70 tahun:
Pada fase ini orang mulai memikirkan bagaimana menerukan karir yang sudah
dibangun atau perusahaan yang sudah dirintis dan berjalan. Ia mulai memikirkan
siapa yang akan mengantikannya dikemudian hari. Bila anda kebetulan pada fase
ini, anda sudah harus memikirkan bagaimana agar appa yang sudah dimulai dan
dikerjaakn bisa diterukan dalam track yang benar oleh penerus anda.
C. Memilih Pekerjaan yang Cocok
Untuk memilih pekerjaan yang cocok dengan diri
sendiri pertama-tama kita harus bisa mengetahui karakteristik kita sendiri.
Biasanya kita dapat mengikuti tes-tes psikologi yang tersedia, atau umumnya
saat kita mau melamar pekerjaan kita diberikan tes psikologi yang menilai
dimana seorang pekerja akan ditempatkan nantinya ketika ia sudah diterima.
Ada pula ketika sekolah individu dapat mencari
tahu bakat dan minat dirinya dari tes-tes psikologi yang diberikan sekolahnya
dahulu. Atau bahkan kita dapat mengobservasi diri kita sendiri, mencari
bagaimana gaya belajar kita, apa minat dan hal yang kita senangi. Dari
hasil-hasil tersebut kita dapat memilih pekerjaan yang cocok dengan
karakteristik kita. Contoh-contoh karakteristik adalah seperi berikutnya:
Orang yang memiliki perpaduan Koleris dan
Sanguin (atau sebaliknya), biasanya memiliki kemampuan untuk memimpin
karena semangat dan kepercayaan dirinya tinggi, cocok untuk bekerja dalam
posisi yang harus memimpin orang lain. Orang yang memiliki perpaduan Sanguin
dan Plegmatis (atau sebaliknya), biasanya memiliki kemampuan dalam membina
relasi dan persahabatan, dapat bekerja di bidang konseling atau bidang
pelayanan social atau bidang pelayanan lainnya. Orang yang memiliki perpaduan
Plegmatis dan Melankolis (atau sebaliknya), biasanya punya kemampuan untuk
menganalisa karena ketelitian dan kecermatannya, bisa bekerja dalam bidang
adiministrasi atau keuangan. Orang yang memiliki perpaduan Melankolis dan
Koleris (atau sebaliknya), biasanya punya semangat kerja dan produktivitas yang
sangat tinggi. Itu hanyalah beberapa contoh dari banyaknya karakteristik yang
ada untuk menemukan bidang pekerjaan yang tepat. Dengan mengetahui
karakteristik yang individu miliki, kita dapat bekerja dengan efektif dan
produktif karena adanya ketepatan dengan karakteristik yang kita miliki.
·
Kepribadian Artistik
Karakter: Kreatif, imajinasi yang tak pernah
berhenti, suka mengekspresikan diri, suka bekerja tanpa aturan, menikmati
pekerjaan yang berkaitan dengan design/ warna/ kata –kata. Orang artistic merupakan pemecahan masalah
yang sangat hebat karena mereka menggabungkan pola pikir intuisi dan pendekatan
rasional.
Pekerjaan yang cocok: Editor, Grafik Desainer,
Guru drama, Arstirek, Produser, Ahli kecantikan,Model, Pemain Film, Sutradara.
·
Kepribadian Konvensional
Karakter : Menyukai aturan, prosedur yang
rapi, tepat waktu, suka bekerja dengan rincian data, tertib, cenderung pendiam,
dan lebih hati-hati.
Pekerjaan yang cocok: Akuntan, Petugas
Asuransi, Penegak Hukum, Pengacara, Penulis, Penerjemah.
·
Kepribadian Aktif
Karekter : Gigih, berani, suka berkompetisi,
penuh semangat, pekerja keras.
Pekerjaan yang cocok: Wiraswasta, Direktur
Program, Manajer.
·
Kepribadian Investigasi
Karakter : Analitis, intelektual, ilmiah,
menyukai misteri, sangat memperhatikan detail, menggunakan logika.
Pekerjaan yang cocok: Analisis system
computer, Programmer, Dosen, Dokter.
·
Kepribadian Realistis
Karakter : Realistis, praktis, simple, bekerja
di luar ruangan, berorientasi pada masalah dan solusinya.
Pekerjaan yang cocok: Tukang listrik, Dokter
gigih, Insinyur.
·
Kepribadian Sosial
Karakter : Suka membantu orang lain, dapat
berkomunikasi dengan baik, bekerja dalam tim, sabar, murah hati.
Pekerjaan yag cocok: Psikolog, Guru, Mediator,
Perawat.
D. Penyesuaian Diri Dalam Pekerjaan
Penyesuaian diri
adalah suatu usaha individu untuk dapat merubah dirinya ketika mereka berada di
lingkungan keluarga, sekolah dan di masyarakat yang dapat ditunjukkan melalui
aktifitas-aktifitas seperti: dapat menguasai lingkungan dimana individu berada,
penuh percaya diri, bersedia menerima teman dalam kelompok, bersedia mengatasi
masalah, dan bersedia merencanakan sesuatu dengan pikiran.
Pada dasarnya, penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu
untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapainya hubungan yang harmonis
antara siapa dirinya dengan lingkungan kerjanya. Ia sadar sepenuhnya siapa
dirinya, apa kelebihan dan kekurangannya dan bertindak objektif sesuai dengan
kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan diri pribadi dengan tidak adanya rasa
benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, kecewa atau tak percaya pada
kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan
atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa tidak puas, rasa cemas, rasa
kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
2. Penyesuaian Sosial
Setiap individu hidup dalam masyarakat, dimana
terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain. Dari proses tersebut timbul
pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan
nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyesuaian bagi
persoalan-persoalan hidup sehari-hari.
Dalam dunia kerja ada 2 hal yang tidak bisa dipisahkan yaitu
karyawan dan perusahaan. Seseorang yang dapat menyesuaikan dirinya dengan
pekerjaannya yaitu apabila terdapat adanya kepuasan kerja.
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan, diantaranya adalah kesesuaian pekerjaan, kebijakan organisasi
termasuk kesempatan berkembang, lingkungan kerja dan perilaku atasan. faktor
yang dapat mempengaruhi kepuasan menurut Kreitner dan Kinichi, yaitu:
a. Pemenuhan
Kebutuhan (need fulfillment)
pekerjakaan memberikan kesempatan pada individu intuk memenuhi
kebutuhannya.
b. Perbedaan
(discrepancies)
Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan
harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa yang
diperoleh individu dari pekerjaannya.
c. Pencapaian
nilai (volue attainment)
Kepuasan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan
nilai kerja individual.
d. Keadilan
(equity)
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu
diperlakukan di tempat kerja.
e. Komponan
genetik (genetic components)
Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor
genetik. perbedaan sifat individu kerja disamping karakteristik lingkungan
pekerjaan.
Selain itu ada juga faktor penentu
kepuasan kerja yaitu:
a) Gaji/upah
Menurut Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah
absolute dari gaji yang diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi
harapan-harapan tenaga kerja dan bagaimana gaji diberikan.
b) Kondisi kerja yang menunjang
Bekerja dalam ruangan atau tempat kerja yang tidak menyenangkan
(uncomfortable) akan menurunkan semangat untuk bekerja. Oleh karena itu,
perusahaan harus membuat kondisi kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga
kebutuhan-kebutuhan fisik terpenuhi dan menimbulkan kepuasan kerja.
c)
Hubungan kerja
Ø Hubungan dengan rekan
kerja
Ada tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya memperoleh
masukan dari tenaga kerja lain (dalam bentuk tertentu). Keluarannya (barang yag
setengah jadi) menjadi masukkan untuk tenaga kerja lainya, misalnya pekerja
konveksi. Hubugan antara pekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak yang
berbentuk fungsional.
Ø Hubungan dengan atasan
Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja
adalah tenggangrasa (consideration). Hubungan fungsional mencerminkan sejumlah
atasa membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting
bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikkan antara
pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa, misalnya
keduanya mempuyai pandangan hidup yang sama.
E. Waktu Luang
Definisi Waktu Luang Dalam bahasa Inggris
waktu luang dikenal dengan sebutan leisure. Kata leisure sendiri berasal dari
bahasa Latin yaitu licere yang berarti diizinkan (To be Permited) atau menjadi
bebas (To be Free). Kata lain dari leisure adalah loisir yang berasal dari
bahasa Perancis yang artinya waktu luang (Free Time), George Torkildsen
(Januarius Anggoa, 2011).
Berdasarkan teori dari George
Torkildsen dalam bukunya yang berjudul leisure and recreation management (Januarius
Anggoa, 2011) definisi berkaitan dengan leisure antara lain:
a) Waktu
luang sebagai waktu (leisure as time) Waktu luang digambarkan sebagai waktu
senggang setelah segala kebutuhan yang mudah telah dilakukan. Yang mana ada
waktu lebih yang dimiliki untuk melakukan segala hal sesuai dengan keinginan
yang bersifat positif. Pernyataan ini didukung oleh Brightbill yang beranggapan
bahwa waktu luang erat kaitannya dengan kaitannya dengan kategori discretionary
time, yaitu waktu yang digunakan menurut pemilihan dan penilaian kita sendiri.
b) Waktu
luang sebagai aktivitas (leisure as activity) Waktu luang terbentuk dari segala
kegiatan bersifat mengajar dan menghibur pernyataan ini didasarkan pada
pengakuan dari pihak The International Group of the Social Science of Leisure,
menyatakan bahwa: “ waktu luang berisikan berbagai macam kegiatan yang mana
seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri baik untuk beristirahat,
menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan atau mengembangkan keterampilannya
secara objektif atau untuk meningkatkan keikutsertaan dalam bermasyarakat.”
c) Waktu
luang sebagai suasana hati atau mental yang positif (leisure as an end in
itself or a state of being) Pieper beranggapan bahwa:“Waktu luang harus
dimengerti sebagai hal yang berhubungan dengan kejiwaan dan sikap yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan, hal ini bukan dikarenakan oleh
faktor-faktor yang datang dari luar. Hal ini juga bukan merupakan hasil dari
waktu senggang, liburan, akhir pekan, atau liburan panjang.
d) Waktu
luang sebagai sesuatu yang memiliki arti luas (leisure as an all embracing)
Menurut Dumadezirer, waktu luang adalah relaksasi, hiburan, dan pengembangan diri. Dalam ketiga aspek tersebut, mereka akan menemukan kesembuhan dari rasa lelah, pelepasan dari rasa bosan, dan kebebasan dari hal-hal yang bersifat menghasilkan. Dengan kata lain, waktu luang merupakan ekspresi dari seluruh aspirasi manusia dalam mencari kebahagiaan, berhubungan dengan tugas baru, etnik baru, kebijakan baru, dan kebudayaan baru. kebudayaan baru.
Menurut Dumadezirer, waktu luang adalah relaksasi, hiburan, dan pengembangan diri. Dalam ketiga aspek tersebut, mereka akan menemukan kesembuhan dari rasa lelah, pelepasan dari rasa bosan, dan kebebasan dari hal-hal yang bersifat menghasilkan. Dengan kata lain, waktu luang merupakan ekspresi dari seluruh aspirasi manusia dalam mencari kebahagiaan, berhubungan dengan tugas baru, etnik baru, kebijakan baru, dan kebudayaan baru. kebudayaan baru.
e) Waktu
luang sebagai suatu cara untuk hidup (leisure as a way of living)
Seperti yang dijelaskan oleh Goodale dan Godbye dalam buku The Evolution Of Leisure: “Waktu luang adalah suatu kehidupan yang bebas dari tekanan-tekanan yang berasal dari luar kebudayaan seseorang dan lingkungannya sehingga mampu untuk bertindak sesuai rasa kasih yang tak terelakkan yang bersifat menyenangkan, pantas, dan menyediakan sebuah dasar keyakinan”.
Seperti yang dijelaskan oleh Goodale dan Godbye dalam buku The Evolution Of Leisure: “Waktu luang adalah suatu kehidupan yang bebas dari tekanan-tekanan yang berasal dari luar kebudayaan seseorang dan lingkungannya sehingga mampu untuk bertindak sesuai rasa kasih yang tak terelakkan yang bersifat menyenangkan, pantas, dan menyediakan sebuah dasar keyakinan”.
Hal
senada juga diungkapkan oleh Soetarlinah Sukadji (Triatmoko, 2007) yang melihat
arti istilah waktu luang dari 3 dimensi, yaitu:
a. Dilihat
dari dimensi waktu, waktu luang dilihat sebagai waktu yang tidak digunakan
untuk bekerja mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan hidup.
b. Dari
segi cara pengisian, waktu luang adalah waktu yang dapat diisi dengan kegiatan
pilihan sendiri atau waktu yang digunakan dan dimanfaatkan sesuka hati.
c. Dari
sisi fungsi, waktu luang adalah waktu yang dimanfaatkan sebagai sarana
mengembangkan potensi, meningkatkan mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang
mengalami gangguan emosi, sebagai selingan hiburan, sarana rekreasi, sebagai
kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau sebagai kegiatan
menghindari sesuatu.
Dengan banyaknya definisi waktu
luang, dapat disimpulkan bahwa waktu luang adalah waktu yang mempunyai posisi
bebas penggunaannya dan 13 waktu tersebut berada diluar kegiatan rutin
sehari-hari sehingga dapat dimanfaatkan secara positif guna meningkatkan
produktifitas hidup yang efektif dan pengisian waktu luang dapat diisi dengan
berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri
baik untuk beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan atau
mengembangkan keterampilannya secara objektif.
Hal-hal yang perlu di
pertimbangkan dalam memilih kegiatan untuk mengisi waktu luang ialah :
1. Waktu
2. Tuntutan sosial. Ini berasal dari keinginan
keluarga, teman, kelompok, adat istiadat, norma lingkungan, lingkungan kerja,
lingkungan sosial lainnya.
3. Dukungan dana
4. Pengalaman masa lampau
5. Tersedianya atau ditawarkannya berbagai pilihan
kegiatan
6. Tersedianya lahan
7. Kemampuan
8. Kebutuhan psikologis masing-masing pelaku
9. Falsafah dan nilai yang dimiliki
10. Pengaruh lingkungan fisik maupun budaya setempat
11. Sikap masyarakat dan budaya terhadap kegiatan-kegiatann
tertentu
II. Self- directed changes
A. Konsep dan
Pengertian Self-directed changes
Apa itu Self – Directed – Change ?
Self –> Diri atau
Pribadi
Directed –>
Mengarahkan
Change –>
Berubah
Kalo diambil maknanya,
disini maksudnya adalah “Mengarahkan Perubahan Diri”. Kita
dilahirkan ke dunia sebagai manusia dengan berbagai wujud dan sifat atau
pribadi yang berbeda-beda, maka munculah kalimat “manusia itu unik
loh..” Beribu-ribu, berjuta-juta, bermilyar-milyar bahkan
bertrilyun-trilyun manusia yang diciptakan Tuhan di dunia ini ga ada yang sama.
7 orang yang mirip kita di dunia aja belum tentu punya pribadi yang sama juga.
contoh anak kembar
Bahkan, saudara kembar yang tampilan fisiknya
serupa aja pasti punya perbedaan.
Sebenernya apasih yang membentuk kita menjadi
pribadi yang seperti ini?
1.Pengaruh Biologis
Karakteristik fisik seperti warna mata dan
warna rambut, bentuk tubuh, bentuk hidung, pada dasarnya ditentukan pada saat
konsepsi. Intelegensi dan kemampuan khusus tertentu seperti bakat musik dan
seni, dalam beberapa hal juga tergantung pada faktor hereditas (keturunan).
2. Pengalaman
Hasil lain yang besar pengaruhnya terhadap
kepribadian adalah hasil hubungan kita dengan lingkungan atau pengalaman.
Dibedakan menjadi pengalaman umum dan pengalaman khusus.
·
Pengalaman umum
Semua keluarga dalam suatu budaya tertentu
memiliki keyakinan, kebiasaan dan nilai yang umum. Selama perkembangannya, anak
belajar untuk melakukan perilaku dengan cara yang diharapkan oleh buudaya
tersebut.
·
Pengalaman khusus
Di luar warisan biologis yang unik dan cara
penyampaian budaya tertentu, individu dibentuk oleh pengalamn khusus. Setiap
orang bereaksi terhadap tekanan sosial dengan caranya sendiri. Disamping itu,
sejak lahir seorang anak sudah membawa ciri-ciri tertentu, maka reaksinya
terhadap lingkungan atau reaksi lingkungan terhadapnya bersifat khas.
Pengalaman unik ini menentukan bagian dirinya yang bersifat khas, unik dan tak
ada duanya.
Terus, apakah pribadi baik yang diturunkan
secara gen maupun yang kita pelajari melalui lingkungan akan kita terima begitu
aja? Apa kita ga bisa merubahnya lagi?
Mengarahkan perubahan
pribadi.
Pribadi kita selalu berkembang seiring
berjalannya waktu dengan harapan akan lebih matang dan dewasa pastinya. Namun
apabila perkembangan tersebut kita rasa tak sesuai dengan apa yang kita
harapkan, kita masih dapat merubahnya? Jawabannya adalah “YA” Kita mempunyai
hak untuk merubah pribadi kita sesuai yang kita inginkan, selagi perubahan
tersebut tidak berpengaruh buruk terhadap orang lain. Artinya, kita bebas untuk
berubah namun kebebasan kita dibatasi oleh kebebasan orang lain.
Untuk itu perlu adanya pengarahan. Gunanya
adalah agar perubahan diri kita dapat terkontrol, terarahkan, terkendali
sehingga tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan.
Pribadi yang ada di diri kita dan kita tanam
sejak lama akan kita gunakan sesuai dengan porsinya. Maksudnya, walaupun kita
telah diwarisi ciri fisik dan kepribadian tertentu, kita tetap bisa memilih
untuk mengendalikan perilaku dan dampak yang muncul dari pribadi tersebut
terhadap orang lain disekitar kita. Begitu pribadi tersebut dikenali, kita
bisa secara sadar memilih untuk menekan dorongan mendasar bila hal itu dianggap
tidak tepat.
Lalu bagaimana cara mengarahkan perubahan
diri?
Berikut ini beberapa tahapan untuk melakukan
perubahan diri yang terarah.
1. Meningkatkan
kontrol diri
Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa
diri kita memiliki kebebasan untuk berubah, namun kebebasan kita dibatasi oleh
kebebasan orang lain. Sehingga dibutuhkan pengontrolan diri. Semakin besar
perubahan diri yang kita buat, akan semakin besar pengontrolan diri yang kita
lakukan.
2. Menetapkan tujuan
Saat kita sudah memutuskan untuk melakukan
perubahan diri, maka disaat itupun kita juga harus sudah menetapkan apa tujuan
dari perubahan yang kita lakukan.
3. Pencatatan perilaku
Melakukan pencatatan perilaku tidak bisa
dianggap remeh. Dalam melakukan perubahan diri, ada baiknya apabila melakukan
pencatatan perilaku baik perilaku yang ingin diubah maupun perilaku yang telah
berhasil diubah.
4. Menyaring anteseden
perilaku
Apa yang dimaksud anteseden? Anteseden
merupakan peristiwa yang dialami saat ini namun peristiwa tersebut merupkan akibat
dari peristiwa sebelumnya. Menyaring anteseden berguna untuk mereview apa saja
perubahan yang telah kita lakukan dan apa saja akibat yang telah kita terima
dari perubahan tersebut.
5. Menyusun
konsekuensi yang efektif
Setelah menyaring anteseden, dibutuhkan
konsekuensi yang efektif untuk mendukung perubahan yang lebih positif.
6. Menerapkan pencana
intervensi
Setelah melakukan penyusunan, kita dapat
menerapkannya dalam praktek perubahan diri. Apabila penyusunan yang dibuat
benar-benar matang, hal tersebut dapat mempermudah dalam melakukan penerapan
pencana intervensi.
7.Evaluasi
Setelah melakukan 6 tahap diatas, evaluasi
menjadi tahap terakhir yang tak kalah penting. Tanpa evaluasi, bagai makan
tanpa hidangan penutup. Evaluasi dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap
perubahan yang telah dilakukan. Hasil dari perubahan pun dapat terlihat apakah
perubahan yang kita lakukan sesuai yang diharapkan atau justru menyimpang dari
harapan.
Sumber:
Keith, Davis, Jhon W. Newstrom, 1995. Perilaku Dalam
Organisasi, Edisi Ketujuh,Erlangga, Jakarta
Prabowo, Hendro. B.P. Dwi Riyanti.1998.Psikologi Umum 2.Jakarta: GunadarmaR. Tickle, Naomi.2012.Cara Cepat Membaca Wajah.Jakarta: Ufuk PressSAP
Kesehatan Mental 2012.
Atwater, E.,
1983, Psychology
of Adjustment, Personal Growth in a Changing Worls, 2nd
Ed., Prentice Hall, New Jersey
Schultz, D., 1983, Psikologi Pertumbuhan,
Model-Model kepribadian yang Sehat, Kanisius, Yogyakarta
Comments
Post a Comment